Mencermati setelah tragedi sragen, kami Aremania berduka meninggalnya 2 orang dalam perjalanan tour piala Jendral Sudirman 2015, terbetik sebuah rivalitas mendalam malang dan surabaya yang terpatri sangat dalam.
Sebuah rivalitas sebetulnya menjadi point yang postif bagi klub bola bahkan suporter itu sendiri, tetapi yang terjadi negara kita ini berbeda dengan menimbulkan korban jiwa. Semoga tidak terjadi korban lagi dalam menonton sepakbola di negara kita, cukup tragedi Sragen sebagai catatan terakhir.
Apakah bisa...ini yang menjadi pertanyaan..
Kalau kami Aremania ditanya itu saya kira bisa, coba menelaah ke belakang, ditahun awal 2000 an, coba tengok hiruk pikuk suporter di tanah air dalam mendukung dan mengorganisasi diri nya. Sudah banyak memang kelompok suporter yang terbentuk lebih dulu, karena memang klub-klub era perserikatan sudah terbentuk lebih lama, dibanding klub galatama seperti PS Arema yang terbentuk 1987. Sebagai contoh Perija 1928, Persib 1933, Persebaya 1927, dan Klub-klub perserikatan yang puluhan tahun nyusu APBD.
Eksistensi suporter diakui belum kreatif dan menoton, datang nonton dan bla..bla..
Baru lah kami Aremania memnuncul kan suporter kreatif mendekati tahun 2000, tidak sekedar duduk lihat saja, tetapi menyanyi, atau lebih kerennya Chant. Chant ini paling dasar adalah Sore Ini Harus Menang.............
Tahukah anda bahwa ini adalah lagu/ chant dari chile, yang di endorse oleh pemain asing Arema Juan Rubio yang asal negara Chille, dan benar kan lagu itu semua kelompok suporter meniru itu, menjadi lagu wajib. (Coba anda telusur renungkan)
Saya ingat betul di medio tahun 2000 an juga, waktu Arema Vs Petrokimia Gresik di stadion tridarma, kami bersama teman2 Ultrasmania, mereka belajar nyanyi bareng kami Aremania, waktu itu belum banyak temen Ultrasmania, tetapi setelah itu euforia di gresik cukup besar. itu sedikit fakta dari kami mengapa kami menyebut pelopor kreativitas.
Kami Aremania, lahir dari sebuah kebanggan bangga jadi orang malang. Kami tidak mempunya struktur, setingkat korwil itu sekedar koordinasi untuk nawak-nawak Aremania di keluarahan, dan tidak formil, tetapi kami bisa berhimpun natural, 1 komando karena kebanggan kami sebagai Aremania.
Masih sangsi kami Aremania yang pelopor kreativitas, coba telaah band suporter anda, punya Album tahun berapa.
Kalau ada teman suporter lain ingin berkreativiatas yang monggo saja ya, karena hakekat suporter adalah itu, bagi kami Aremania adalah pendukung Arema dengan "Salam Satu Jiwa" merupakan identity kami, bergerak untuk mendukung Arema dengan loyalitas Sing Edan, nonton enjoy..mendukung Fanatik dan Berkode etik.
Yang penting niat tulus demi Arema, nonton bayar untuk bantu keuangan Klub Arema.
Ada juga suporter punya moto ngeri ya, adigum nya mengkin seperti ini = bergerak diam nyolong gorengan, tapi kalo kami maaf Aremania itu setiap tour dengan biaya sendiri, tidak disewakan kapal dech kalo pulang, naik kereta bayar itu saja.
Bagi kami Aremania, yang lain mau berkreativitas monggo2 saja, tetapi bahwa Arema itu lebih dari sekedar bola adalah Fakta.
Salam Satu Jiwa AREMA
Satu bukti lagi ya :
lihat dibawah ini, Yahoo Groups tahun 2000
Sumber : https://groups.yahoo.com/neo/groups/arema-l/conversations/topics/1214
- Message 1 of 2 , Jan 5, 2000
- Catatan Sepakbola Sigit Nugroho (wartawan BOLA)
KADIT ITRENG KERA NGALAM?
Entah kapan dimulainya bahasa aneh yang berkembang di
masyarakat Malang. Mereka suka membolak-balik kata.
Tidak ngerti jadi kadit itreng. Arek Malang jadi Kera
Ngalam. Namun, budaya jalanan itu telah diterima
dengan baik oleh warganya.
Bukan cuma karena ingin membuktikan hal itu kalau pada
pekan ketiga Desember lalu saya nekat pergi ke Malang
meski kondisi tubuh sedang sakit. Fokus saya lebih
tertuju pada Aremania, kelompok suporter tim Singo
Edan.
Harumnya citra mereka sudah saya cium langsung di
beberapa kota. Yang paling buncit, saat mendukung
Caris Yulianto dkk. di Stadion Lebak Bulus, Jakarta,
di LI V. Kala itu Arema dibungkus Pelita Bakrie 0-1.
Aremania tak mengamuk, layaknya kelompok-kelompok
suporter tim lain. Mereka bahkan memaafkan dan
membesarkan hati para pemain. Soal kreasi di tribun
rakyat, jangan tanya. Mereka jagonya.
Cuma, apakah sikap menerima kekalahan juga berlaku di
Malang? Lain soal. Sebab beberapa tahun lalu, kota
Malang (terutama mobil-mobil pelat nomor L (Surabaya)
kenyang pengalaman menerima pelampiasan kekesalan
suporter.
Kebetulan, 22 Desember itu Arema akan menjamu Persija
dalam sebuah partai uji coba di Stadion Gajayana.
Peluang kalah amat terbuka sebab yang mereka hadapi
adalah tim matang dan sarat bintang. Dugaan saya
benar. Bambang Pamungkas dkk. membungkam tuan rumah
2-1.
Jujur saja, demi pembuktian naiknya tingkat
sportivitas Aremania, saya memang sedikit berharap
Arema kalah. Ini bukan perkara dukung-mendukung tim,
sebab sebagai wartawan saya mesti netral.
Fakta di lapangan ternyata amat mengejutkan sekaligus
membanggakan. Sekali lagi, mereka bisa menerima
kekalahan dengan sportif. Tak ada amuk masa. Memang,
sempat terjadi sepotong insiden yang melibatkan
striker temperamental Arema asal Cili, Rodriguez
�Pacho� Rubio dengan stoper Persija, Nur�alim.
Perkiraan saya, mereka bakal mengeroyok Nur�alim.
Kejadian itu nyaris terjadi tatkala sekelompok massa
berloncatan dan memburu pemain Persija itu. Namun,
mereka segera disambut rekan-rekannya, sesama
Aremania.
Bisa Ditularkan
�Hei, ingat! Kita bukan bonek! Jaga citra Aremania!
Jaga citra Malang!� begitu seru para pemimpin kelompok
lewat pengeras suara. Dan sebuah momen yang tak
terlupakan sempat saya rekam. Para Aremania yang masih
mentah dan emosional itu dihajar balik oleh ratusan
Aremania yang benar-benar ingin menjaga citra tim dan
kotanya!
Soal Pacho? Mereka bahkan mencemoohnya. �Sudah tidak
zamannya lagi pemain mengumbar emosi. Makanya kami
selalu tekankan kepada pemain dan suporter untuk
bertindak sportif. Jangan berbuat kasar, apalagi onar
seperti bonek,� ucap Ivan Syahrul, Aremania dari
kelompok Ultras.
Tentu saja, para bonek tak perlu panas hati mendengar
sentilan Ivan. Sebab, tidak semua suporter Persebaya
bermental jelek. Cuma, harus diakui, perilaku
arek-arek Suroboyo yang brutal lainnya telah mencemari
citra tim Bajul Ijo.
Saya bertanya-tanya, akankah di tahun 2000 nanti
pemahaman suporter Arema tentang sepakbola positif
tersebut bakal bisa ditularkan ke kota-kota lain di
Indonesia?
Jawabannya ada pada masyarakat sepakbola Indonesia
semua, baik PSSI, klub, pers, dan para suporter itu
sendiri. PSSI perlu lebih proaktif dalam menyikapi
iklim baik ini. Jangan lagi cuma mengandalkan
perbaikan alamiah yang tumbuh di luar seperti gaya
PSSI selama ini.
Pers pun perlu mensosialisasikan segenap perkembangan
agar bisa memancing kesadaran warga bola lainnya. Mari
kita bekerja sama.
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Talk to your friends online with Yahoo! Messenger.
http://messenger.yahoo.com - Message 2 of 2 , Jan 5, 2000
harie pandiono wrote:
artikel yg sangat mengharukan itu -emosionally touching-
Bravo supporters Arema. Civilised seperti suppoters All-Black (New
Zealand Rugby Team). TRims banget atas encouraging info tsb.
Kid
chch-NZ
>Sam, kene kera2 ngalam sing adoh nang perantauan, ate singan moco
> Catatan Sepakbola Sigit Nugroho (wartawan BOLA)
>
> KADIT ITRENG KERA NGALAM?
artikel yg sangat mengharukan itu -emosionally touching-
Bravo supporters Arema. Civilised seperti suppoters All-Black (New
Zealand Rugby Team). TRims banget atas encouraging info tsb.
Kid
chch-NZ
0 komentar:
Posting Komentar